Menjadi guru tidaklah
mudah seperti apa yang dilihat oleh kebanyakan orang disekitar kita. Guru harus
memiliki 4 (empat) kompetensi yaitu : kompetensi sosial, kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Menyusun perangkat
pembelajaran (Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Perangkat Penilaian,
Dll) adalah salah satu dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
Tetapi terkadang sebagian guru agar bermalas-malasan dalam menyusun perangkat
pembelajaran tersebut. Kalaupun ada yang semangat menyusun perangkat
pembelajaran terkadang perangkat pembelajaran yang dibuat guru sebatas
dokumentasi yang digunakan sewaktu-waktu jika ada pemeriksaan atau supervisi
dari perangkat sekolah ataupun instansi terkait. Yang demikian tentunya tidak
kita inginkan karena perangkat pembelajaran sesungguhnya adalah langkah awal atau
kebutuhan awal guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran
yang dilakukan oleh guru lebih aktif, efektif dan menyenangkan sehingga
diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal yang berimbas pada prestasi
siswa.
Kekurangtertarikan guru
dalam menyusun perangkat pembelajaran dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu
Faktor Internal (Individu) dan Faktor Eksternal. Kedua faktor tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Pilihan menjadi seorang guru tidak didasari passions.
- Guru belum memahami benar seluk-beluk penyusunan perangkat pembelajaran. Jika guru belum memahami benar seluk-beluk penyusunannya, maka secara otomatis rasa malas akan muncul ketika hendak menyusunnya. Sebenarnya ini adalah alasan klasik, karena pada tahun-tahun ini pemerintah sudah menggalakkan berbagai program sosialisasi yang menyangkut penyusunan perangkat pembelajaran
- Perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum akan berimbas kepada perubahan susunan komponen dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Penyusunan perangkat pembelajaran disusun mengikuti kaidah-kaidah dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Perubahan ini seringkali menyulitkan guru.
- Minimnya penguasaan teknologi komputerisasi para guru. Guru pada generasi-generasi terdahulu (atau yang disebut sebagai guru-guru yang berusia tua) rata-rata gagap akan teknologi komputerisasi. Segala pekerjaan yang menyangkut penyusunan kata-kata dalam suatu teks, termasuk dalam RPP, akan sangat mudah jika dikerjakan dengan bantuan komputer maupun laptop. Bayangkan saja jika perangkat pembelajaran yang kini bisa dicopy-paste dari file buku guru harus ditulis manual dengan tangan. Pasti akan memakan waktu yang cukup lama, dan pastinya akan menjadi permasalahan yang menyulitkan guru.
Dalam keadaan seperti
diatas seorang guru harus mendasari profesinya dengan passion yang pada
akhirnya akan selalu mengembangkan diri setiap saat seiring dengan dinamika
perubahan kurikulum.
No comments:
Post a Comment